Bagaimana jika kau sudah berikan segalanya, SEGALANYA. Bahkan saat kau sudah memuntahkan bagian dalam tubuhmu. Namun masih tak cukup.
Bukan kok, bem. Tulisan diatas bukan tentang kamu. Tapi tentang aku.
Akhir-akhir ini aku merasa egois. Berharap macam-macam. Mulai dari keajaiban, keberuntungan hingga ketidakmungkinan.
Aku merindukan hidupku sebelum ini semua terjadi. Hidup kita. Yang aku penuhi dengan keluhan dan ketidakbersyukuran. Berpikir bahwa kita terprogram bangun tidur dalam keadaan baik. Seakan selalu dan seharusnya terjadi secara otomatis.
Aku malu. Malu sama kamu. Karena kamu tidak begitu. Kamu orang yang sangat mudah dibahagiakan. Tidak seperti aku.
Aku malu sama semesta. Karena dalam keadaan sehat dan tercukupi masih saja merasa miskin.
Tadinya aku selalu berharap kamu akan membalas genggaman tanganku, menjawab panggilanku dan merengkuh rangkulanku. Tapi betapa naifnya harapanku. Maafkan aku yah. Aku yakin ini tidak sebanding dengan perjuanganmu selama hampir 7 bulan ini.
Saat ini aku memang sedang kekurangan dalam segala hal. Tentu saja, karena kamulah yang selalu bisa melengkapi.
Aku mencintai tuhan dan semesta, karena telah mengantarkan makhluk baik berupa kamu. Dengan segala mimpi, semangat dan lelucon-lelucon "hampir lucu"-mu.
Percayalah, semesta bisa saja membalikkan keadaan dengan mudahnya. Karena bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Kita masih mengalami segala hal ini karena memang dimaksudkan begitu.
Bem, menjadi separuh memang tidak menyenangkan. Tapi aku tetap yakin kita bisa saling menguatkan. Seperti biasanya.
I love you through & through.
No comments:
Post a Comment